SERDANG BEDAGAI, sidikkriminal.co.id – Duka mendalam yang dirasakan keluarga almarhumah Imelda Sabatini Sihombing, gadis muda yang menghembuskan nafas terakhirnya setelah menjalani perawatan di RSUD Sultan Sulaiman, Kabupaten Serdang Bedagai pada Jumat (12/9/2025).
Imelda Sabatini Sihombing merupakan anak dari pasangan Labuan Sihombing dengan Ana R. Aruan yang beralamat di Dusun IV, Desa Gempolan, Kecamatan Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai.
“Berawal pada Kamis (28/8/2025), Imelda Sabatini Sihombing dibawa ke RSUD. Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai, dengan keluhan sakit perut (sembelit).yang dibawa oleh orang tuanya, dengan harapan mendapatkan pertolongan secara medis agar apa yang dirasakan anaknya dapat di obati,” kata Ana.
Setelah masuk ruang UGD, Imelda di diagnosa mengalami gangguan pencernaan (sembelit), sehingga harus dirawat inap.
Selanjutnya dimasukkan ruang rawat inap, tepatnya pada hari ke empat dokter RSUD Sultan Sulaiman, dokter mengatakan dan memvonis ini harus operasi usus buntu, dan sesudah selesai dioperasi, kembali dibawa ke ruangan rawat inap.
Namun, setelah enam hari pasca operasi dan tahap pemulihan, Imelda bukannya mendapatkan pemeriksaan intensif dari dokter bedah RSUD Sultan Sulaiman yang menanggani opersi, akan tetapi adanya pembiaran, bahkan kondisi kesehatannya semakin memburuk dan tak terkontrol lagi.
“Kasus meninggalnya Imelda, bukan hanya meninggalkan luka yang mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan, akan tetapi juga menggugah perhatian dan simpati bagi masyarakat, yang mana kasus ini merupakan bentuk kelalaian tenaga medis terhadap pasien BPJS yang lebih mengutamakan bisnis dibanding nyawa manusia,” jelasnya.
Ayah korban hanya bisa mengatakan, “kami sudah pasrah apa yang terjadi pada putri kami, dengan harapan kami ingin mendapatkan keadilan terhadap kasus yang terjadi pada anak kami Imelda Sabatini Sihombing,” mintanya dengan menahan rasa sedih.
Didampingi Kuasa Hukum Zainul Arifin Hasibuan, S.Hi., keluarga resmi melaporkan dugaan tindak pidana kelalaian medis ke Polda Sumatera Utara.
Dalam laporannya, dengan Registrasi Nomor: LP/B/1650/X/2025/SPKT/POLDA SUMATERA UTARA, tertanggal 9 Oktober 2025.
Dimana, Pelapor dalam kasus ini adalah Ana R. Aruan (45) tahun, yang merupakan ibu kandung korban, warga Dusun IV Desa Gempolan, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai.
Dalam laporannya, Ana menuturkan kronologis lengkap yang berujung pada kematian anaknya. Pada hari Kamis, 28 Agustus 2025 Imelda datang ke UGD RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai, dengan keluhan sakit perut. Awalnya, ia diagnosis mengalami gangguan pencernaan (sembelit) dan kemudian dirawat di ruang inap.
Sesudah empat hari kemudian, dokter memutuskan melakukan operasi usus buntu. Usai dioperasi, Imelda dibawa kembali ke ruang perawatan untuk pemulihan. Namun menurut pihak keluarga, selama enam hari pasca operasi, tidak ada pemeriksaan intensif lanjutan dari dokter bedah yang menanganinya, sementara kondisi Imelda terus memburuk.
Pada Sabtu malam, perut Imelda membengkak dan ia mulai kesulitan bernafas. Petugas medis memasang selang melalui hidung untuk mengeluarkan lendir, namun setelah dilepas, terjadi pendarahan hebat dari dubur, hingga Imelda kehilangan kesadaran.
Ia dilarikan ke ruang ICU, namun nyawanya tak tertolong. Imelda dinyatakan meninggal dunia pada Jumat, 12 September 2025, pukul 06.55 WIB.
“Zainul Arifin Hasibuan, S.Hi., menegaskan bahwa langkah hukum ini ditempuh bukan semata karena duka, melainkan demi keadilan dan keselamatan bagi pasien dan keluarga yang dirugikan dihadapan publik,” terang Zainul.
“Kami tidak ingin ada lagi nyawa yang melayang karena dugaan kelalaian tenaga medis. Kami percaya, bahwa hukum akan berpihak pada kebenaran,” ungkap Zainul lebih lanjut.
Dia juga berharap, Kapolda Sumut Irjen Pol. Whisnu Hermawan Februanto memberikan atensi penuh agar penyelidikan dilakukan secara transparan, profesional dan tanpa ada intervensi.
Kasus meninggalnya Imelda, menambah daftar panjang keluhan masyarakat terhadap kualitas layanan kesehatan di Serdang Bedagai. Bersama kasus Tonggoria Tambun, ibu muda yang kehilangan bayinya di rumah sakit yang sama, dua tragedi ini kini menjadi simbol nurani masyarakat Serdang Bedagai.
“Ini bukan hanya sekadar kasus kelalaian tenga medis, tapi soal kemanusiaan,karena ketika rakyat kecil datang ke rumah sakit, mereka ingin sembuh bukan kehilangan nyawa,” ujar salah satu aktivis Aliansi Masyarakat Sipil Serdang Bedagai.
(MYN/TIM)
#poldasumut
#bupatisergai
#provinsisumut