CIREBON, sidikkriminal.co.id – Pembangunan gedung baru Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Tengahtani menjadi sorotan setelah ditemukan dugaan bahwa pelaksanaannya tidak sesuai dengan spesifikasi yang tercantum dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB).
Proyek yang dibiayai dari anggaran daerah melalui program Dana Alokasi Khusus (DAK) swakelola ini, yang seharusnya memberikan fasilitas pendidikan berkualitas, justru menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat khususnya warga Desa Dawuan.
Menurut laporan salah seorang warga setempat, material bangunan yang digunakan diduga tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam RAB dan gambar.
Beberapa komponen penting seperti kualitas beton dan besi hingga batu pondasi diduga tidak memenuhi standar, sehingga menimbulkan kekhawatiran akan keselamatan siswa dan guru yang nantinya akan menggunakan gedung sekolah.
Pasalnya, bila material yang digunakan kualitasnya dibawah standar maka kualitas bangunan pun akan cepat rapuh sehingga dapat membahayakan keselamatan.
“Kami sangat khawatir dengan kondisi proyek pembangunan sekolah SMAN 1 Tengahtani, karena sepertinya tidak sesuai dengan spesifikasi, tentunya kualitas dan keamanannya juga diragukan,” ujar salah seorang warga yang tinggal di sekitar lokasi pembangunan sekolah.
Mendapati keluhan itu, awak media menyambangi lokasi proyek pembangunan SMAN 1 Tengahtani yang berlokasi di Desa Dawuan, Kecamatan Tengahtani, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Sabtu, (24/08/2024).
Di lokasi, awak media berhasil menghimpun informasi dan data terkait pembangunan SMAN 1 Tengahtani dalam hal ini RAB beserta berkas gambar rancangan bangunan.
Ketidak sesuaian itu diketahui setelah dilakukan kroscek di lokasi proyek oleh salah seorang warga yang mengerti gambar serta spesifikasi material di dalam RAB bersama awak media.
Dan benar saja ketika dikroscek mulai dari denah lokasi footplat (ceker ayam) untuk pondasi gedung yang akan digunakan sebagai ruang kepala sekolah dan Tata Usaha (TU) hanya terdapat kurang lebih 16 titik, sedangkan di dalam gambar / RAB tertulis sebanyak 44 titik.
“Kalo diliat di gambar ada 44 titik sedangkan kenyataannya hanya ada 16 titik, berarti 30 footplat ditiadakan,” jelas salah seorang warga yang dapat membaca gambar proyek.
Diketahui ukuran ceker ayam, lanjut salah seorang warga menjelaskan bahwa ada 2 jenis ukuran footplat yaitu 150 cm x 150 cm x 30 cm dan 100 cm x 100 cm x 25 cm dengan tul utama menggunakan besi spiral ukuran 16.
“Tul utama ceker ayam harusnya kalo sesuai gambar menggunakan besi ukuran 16 tapi kenyataannya menggunakan besi ukuran 12 dan panjang serta lebarnya juga yang harusnya 150 cm itu hanya 75 cm dan tinggi 20 cm harusnya 30 cm,” paparnya sembari mengukur dengan alat ukur (meteran).
“Ini sangat parah karena dikurangi sampe setengahnya dari ukuran yang ada di gambar. Bayangkan kalo dikali banyaknya footplat keuntungannya udah berapa dan ini ngeri kalo kaya gini bisa hancur bangunan. Anggaran miliaran rupiah tapi sayang kualitasnya tidak sesuai harapan,” sambungnya.
Sementara ketika beralih ke gedung yang akan digunakan sebagai perpustakaan sekolah juga ditemukan hal yang sama yaitu footplat yang seharusnya berjumlah 22 titik, di lokasi hanya terdapat 4 galian ceker ayam.
Lebih parahnya, pondasi yang seharusnya dijadikan titik ceker ayam digantikan dengan sepucuk besi yang ditanam di beberapa titik di proyek gedung perpustakaan SMAN 1 Tengahtani.
Menurutnya hal tersebut seperti disengaja, pasalnya pada pondasi bangunan perpustakaan jelas hanya terdapat 4 galian untuk menempatkan footplat (ceker ayam). Kalau pun dirubah pondasi harus dibongkar ulang.
“Coba berhitung dari jumlah yang seharunya ada 22 titik ceker ayam, kenyatannya hanya ada 4 titik. Bayangkan seumpamanya pada satu titik ceker ayam biayanya 1 juta maka ada keuntungan 18 juta yang didapat,” tuturnya.
Tak cukup sampai disitu, kroscek juga dilakukan di 3 (tiga) bangunan ruang kelas SMAN 1 Tengahtani. di lokasi juga masih sama yaitu hanya terdapat 8 ceker ayam dari 28 titik.
“Artinya sebanyak 20 ceker ayam juga ditiadakan di pembangunan gedung 3 ruang kelas bahkan hanya diakal-akal dengan tiang sambungan tidak menggunakan footplat,” imbuhnya.
Jadi, menurut salah seorang warga Desa Dawuan pada proyek pembangunan SMAN 1 Tengahtani jelas tidak sesuai dengan gambar rencana pembangunan.
Pasalnya mulai dari jumlah footplat (ceker ayam) tidak sesuai dan banyak yang ditiadakan, tul utama pada footplat menggunakan besi ukuran 12 dari yang seharusnya ukuran besi 16.
Bukan hanya material besi saja, melainkan material pondasi seperti batu pasir dan semen juga diduga tidak sesuai standar.
“Terutama pada material batu untuk pondasi, yang seharusnya menggunakan batu belah, tapi di lokasi menggunakan batu cadas yang jelas dari segi kualitas sangat berbeda,” terangnya.
“Proyek ini menggunakan anggaran yang cukup besar kurang lebih 2,5 miliar rupiah tapi sangat disayangkan proyek ini diduga dimanfaatkan oleh oknum dengan tujuan mendapatkan keuntungan pribadi tanpa memperdulikan kualitas bangunan,” ungkap salah satu warga dengan nada kecewa.
Lanjutnya juga mengatakan, kita akan kawal terus pembangunan sekolah ini, karena proyek ini menggunakan uang pemerintah dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat. Jadi sudah sepatutnya kita warga masyarakat mengawasi uang negara jangan sampai dimanfaatkan untuk kepentingan dan keuntungan pribadi (Oknum-red).
Salah seorang warga masyarakat juga berharap kepada Aparat Penegak Hukum (APH) untuk menindak dan memeriksa serta mengawasi proyek pembangunan sekolah SMAN 1 Tengahtani di Desa Dawuan yang diduga sebagai sarat Korupsi oleh Oknum yang tidak bertanggung jawab.
“Bila perlu diaudit dan ditindak tegas sesuai Perundang-undangan dan sesuai hukum yang berlaku, karena dalam pelaksanaannya terkesan dikerjakan asal-asalan dan banyak sekali kejanggalan,” tegas salah seorang warga Desa Dawuan.
Redaksi