sidikkriminal.co.id, CIREBON – Tim Pemenangan Nasional (TPN) Calon presiden (Capres) dan Calon wakil presiden (Cawapres) nomor urut 01, Anis Baswedan – Muhaimin Iskandar (AMIN) mengadakan kegiatan konsolidasi, di Aula Bina Insani Mandiri 2, Cisaat, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (20/01/2024).
Pada awalnya acara berjalan dengan lancar, dihadiri DPD Partai PKB, ketua DPRD Kabupaten Cirebon, anggota dewan dari partai PKB, para Caleg dari partai PKB, PKS, serta Nasdem, narasumber, tokoh masyarakat, dan simpatisan AMIN di Kabupaten Cirebon.
Dalam acara ini, peserta konsolidasi diantaranya pendukung dan relawan yang datang harus menggunakan barcode untuk mengisi daftar hadir. Barcode tersebut harus sesuai dengan nama di KTP.
Namun sangat disayangkan, dalam acara ini awak media yang akan meliput kegiatan tersebut ditolak masuk. Pasalnya, salah satu dari panitia mengatakan snack yang tersedia hanya untuk tamu undangan, pendukung dan relawan dan untuk media tidak ada anggaran.
“Ini snack hanya untuk peserta undangan pendukung dan relawan. Untuk media maaf tidak ada anggaran,” ujar salah satu panitia sehingga terkesan menolak kedatangan awak media.
Mendengar hal tersebut, awak media yang datang untuk meliput kegiatan akhirnya mundur dan hanya duduk di halaman tempat acara berlangsung.
Terlihat acara tersebut cukup besar karena para peserta, pendukung dan relawan yang datang berjumlah kurang lebih 500 orang akan tetapi panitia penyelenggara mengatakan tidak ada lebihan snack untuk awak media.
Di penghujung acara, tiba-tiba ada perdebatan antara panitia dengan pendukung dan relawan simpatisan AMIN tentang pembagian uang bensin yang dimasukan ke dalam amplop putih sejumlah 70.000 rupiah.
Melihat hal tersebut awak media mendekati perdebatan antara panita dengan relawan dan ternyata mereka berdebat karena absensi barcode.
Awalnya, barcode di kirim ke Korcam masing-masing wilayah ternyata dalam acara tanpa adanya konfirmasi perubahan sistem barcode yang sesuai KTP ada kesalahan.
“Cuma kasih tau asalnya saja, ada yang dari wilayah Kaliwedi, wilayah timur, jauh-jauh mereka datang tetapi kecewa dengan kinerja panitia dan ketua panitia tim pemenangan Capres dan Cawapres tanpa adanya konfirmasi dulu kalo ada perubahan barcode harus sesuai KTP masing-masing,” kata salah satu relawan yang merasa kecewa dengan panitia.
Semakin penasaran, ada salah satu awak media yang mempunyai barcode dari rekannya ikut mengantri dan benar saja barcode tersebut tidak berlaku.
Mendapati situasi tersebut, awak media mencoba untuk mewawancara terkait kegaduhan yang terjadi kepada ketua panitia.
“Tidak ada anggaran untuk media,” kata ketua panitia yang enggan didekati awak media.
Sikap yang dilakukan ketua panitia tersebut terkesan acuh seolah-olah alergi terhadap awak media yang datang untuk mewawancara terkait kesalahan barcode.
Setelah acara selesai, awak media tetap mencoba untuk mewawancara namun tetap saja panitia enggan berkomentar dan panita saling melempar ke anggota panitia lain.
Senada dengan yang lain, ketua DPD, Abdul Jamil saat dimintai komentarnya juga melemparkan ke anggota lain untuk diwawancara.
Belum mendapat jawaban dari panitia acara, awak media menunggu hingga 1 jam untuk mendapatkan jawaban, akan tetapi tidak mendapat keterangan apapun bahkan awak media yang menunggu mendapat perlakuan kurang menyenangkan dari Scurity.
“Mas acara udah selesai tempatnya harus steril,” ucapnya dengan nada sedikit tinggi sehingga terkesan mengusir keluar area. (Gunawan)